untuk nambahkan menu di bawah judul

Jumat, 15 Januari 2016

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI dan KOMUNIKASI (TIK) DALAM PENGELOLAAN LABORATORIUM KOMPUTER SEKOLAH



PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI dan KOMUNIKASI (TIK)
DALAM PENGELOLAAN LABORATORIUM KOMPUTER SEKOLAH
(Materi Pelatihan disajikan oleh: Eko Suyanto)
Tersedia di https://drive.google.com/file/d/0B3ZA2RDWPgg6Y3NaRG8tSkdtTWM/view?usp=sharing

A.       Laboratorium Komputer di Sekolah sebagai tempat menerapkan TIK
Tujuan pelatihan 1: Setelah membaca dan mengikuti penjelasan serta diskusi tentang TIK dan laboratorium sekolah peserta pelatihan dapat menjelasakan secara verbal atau tulisan singkat bahwa laboratorium komputer di sekolah adalah salah satu sarana untuk menggunakan TIK sehingga memudahkan pelaksanaan pembelajaran.
Teknologi Informasi Komunikasi atau yang lebih dikenal dengan istilah asingnya sebagai information, communication, and technology (ICT), pada akhir-akhir ini di rasa penting hingga mendorong para pembuat keputusan untuk mencantumkan muatan TIK ke dalam kurikulum KTSP (SMP & SMA), hingga memunculkan mata pelajaran TIK, sekaligus memunculkan kebijakan terhadap satu profesi, yaitu guru TIK, serta penyediaan infra- struktur berupa laboratorium komputer. Seiring dengan perubahan Kepemerintahan RI, yang juga mempengaruhi kebijakan di bidang pendidikan dengan penerapan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri, tetapi dilebur pada semua mata pelajaran. Bebarapa sekolah masih ada yang mempertahankan (SMK) pada sekolah umum dengan status “mulok”- mata pelajaran muatan lokal. Meskipun demikian profesi guru TIK dan Laboratorium komputer sekolah tidak serta merta dapat dihapus. Khususnya terkait dengan guru TIK yang telah berstatus guru profesional (baca: guru TIK bersertifikat profesional).
Dampak yang lebih besar di sekolah dengan adanya TIK adalah kemunculan pembelajaran model e-learning.  Model belajar ini menjadi sebagian dari dampak industrialisasi pendidikan. Hal ini disebabkan adanya produk teknologi, yaitu komputer dalam berbagai genre yang dimanfaat kan sehubungan dengan model e-learning. Gambaran ini menunjukkan peran fungsional laboratorium komputer di sekolah adalah suatu tempat yang memfasilitasi penerapan TIK. Puncak penerapat TIK di laboratorium komputer di sekolah adalah pada kegiatan pembelajaran adalah penerapan e-learning.


B.        Perluasan TIK dalam pembelajaran
Tujuan pelatihan 2: Setelah membaca dan mengikuti penjelasan serta diskusi tentang  perluasan TIK  dalam pembelajaran peserta pelatihan diharapkan dapat menjelasakan secara verbal dan tulisan singkat bahwa perluasan terapan TIK untuk pembelajaran membutuhkan laboratorium komputer di sekolah.
Istilah e-learning berdampingan dengan istilah lain seperti m-Iearning, web-based learning, hybrid/blended learning. Semuanya bermunculan begitu saja, seolah-olah memang semua mengacu pada barang yang sama (komputer) yang muara penerapannya di sekolah diasumsikan adalah laboratorium komputer. Padahal semua istilah tersebut dalam kerangka teknologi pendidikan bermakna tidak sama.

e-learning menjadi rujukan umum bagi proses belajar yang mengharuskan peserta didik duduk, belajar di depan komputer dan tersambung dengan internet, di sekolah tentunya dilakukan di dalam laboratorium komputer. Tetapi dapat saja dilakukan di kelas asal tersedia akses ponit untuk jaringan nirkabel dan masing-masing siswa menggunakan laptop. Rumusan ini, terlalu lugu dan sempit (naif). e-learning sebagaimana yang dikemukakan oleh Smaldino, dkk. adalah proses belajar yang memanfaatkan sumber belajar bersifat elektronik, dan berbantuan komputer, namun tidak selalu harus terhubung dengan internet. Laboratorium komputer mejadi tempat menyediakan dan mengelola matrial pembelajaran. e-learning ini (berbasis non jaringan), biasanya berupa multimedia berbantuan komputer. Contoh: Program tutorial (misal dibuat dengan aplikasi Snagit, Camtasia, Adobe Captivate, dan yang sejenis lainnya), e-book berupa file dengan beragam ekstensi, video pembelajaran, Audio/MP3/CDA pembelajaran, program-program simulasi offline, dan lainnya.

Web-based learning atau belajar berbasis jaringan (BBJ), merupakan proses belajar yang menggunakan potensi jaringan global atau internet untuk kemudahan akses belajar, biasanya berupa LMS/LCMS. Adapun m-learning atau mobile Iearning adalah pola web-based learning yang dapat diakes melalui produk komputer untuk genre yang lebih kecil, ringan, dan mudah dibawa seperti melalui telepon seluler, atau tablet. Istilah m-Iearning ini mengacu kepada kemudahan peserta didik untuk mengakses dan mengikuti proses belajar tanpa harus 'membawa' perangkat komputer yang lebih besar, cukup dengan membuka ponsel atau tablet yang jauh lebih ringan, namun sama canggihnya. Contoh m-learning yang digunakan penulis adalah Schoologi. Hal Ini yang memungkinkan siswa tidak lagi harus duduk bersama di dalam laboratorium komputer sekolah, tapi dapat di mana saja. Meskipun demikian laboratorium komputer sekolah tetap saja diperlukan untuk menyiapkan kesemuanya itu,  guru sebagai administrator dan boleh saja pengelola laboratorium komputer sebagai administratornya. Contoh BBJ lainnya: BlackBoard, A-Tutor, A-Note, Admodo, LearnBost (LB), Schoologi dan lainnya yang semisal.

C.        Pengguna TIK terkait komputer dan Laboratorium Komputer di sekolah.
Tujuan pelatihan 3: Setelah membaca dan mengikuti penjelasan serta diskusi tentang penggunaan TIK  dengan peralatan utama komputer peserta pelatihan diharapkan dapat menjelasakan secara verbal dan tulisan singkat tentang kendala SDM pengguna laboratorium komputer di sekolah.
Sebagaimana yang di tulis Prawiradilaga (2013: 2) bahwa orang-orang yang terkait dengan TIK dan Komputer mereka adalah: penemu, produsen, pengembang, dan pengguna. Penemu adalah pihak pertama yang berpikir bagaimana komputer bekerja, membantu orang lain untuk mempermudah segala sesuatu di berbagai bidang. Produsen adalah orang yang berpikir tentang bisnis komputer menjadi lebih menarik, best seller, pembiayaan untuk produk selanjutnya, pemasaran, dan sebagainya. Pengembang adalah orang-orang yang berpikir untuk mengoptimalkan fungsi perangkat komputer menjadi semakin canggih melalui penyediaan teknologi internet, operating systems, application softwares, dan sebagainya. Adapun pengguna adalah pasar atau pembeli yang tertarik, mampu dan mau membeli dan menggunakan perangkat teknologi digital ini. Pihak pengguna ini sering kali terisolasi, diabaikan, atau hanya diingat sebatas pembeli saja. Pengguna sebenarnya dapat dianalisis menjadi beberapa kelompok. Pebisnis untuk kepentingan bisnis dan industri, pribadi, organisasi, pengajar atau guru, dan peserta didik. Kelompok pengguna selanjutnya dapat berkembang secara khusus menurut kebiasaan atau karakteristik masing-masing. 
 
Gambar 1. Ilustrasi kelompok pengguna TIK
(Gambar Milik Prawiradilaga, D.S.)

Pengelolaan laboratorium komputer disekolah diantaranya adalah layanan kepada pengguna (SDM) yang memanfaatkan TIK. Berdasarkan pengamatan, pengguna sebagai SDM sering kali menjadi kendala/hambatan bagi efektivitas pemanfaatan teknologi digital ini. Kelompok peserta didik dan pengajar sebagai sasaran terhambat paling tidak karena dua hal. Hambatan pertama dalah daya beli. Produk komputer dalam negeri yang tersedia di pasaran cenderung lebih murah dibandingkan dengan harga komputer merek terkenal, tetapi inipun cenderung bukan menjadi kebutuhan untuk memiliki komputer. Kendala yang kedua adalah melek komputer sekaligus melek internet. Persepsi bahwa menggunakan komputer itu sulit, sama sulitnya dengan menimbulkan minat untuk mencoba menggunakan komputer. Kelompok guru, dengan usia sekitar di atas 40 tahun ke atas, motivasinya untuk menggunakan komputer masih perlu dikondisikan dengan baik, meskipun sekolah telah memiliki laboratorium komputer.





D.       Jenjang kompetensi TIK guru terkait penggunaan komputer dan laboratorium komputer
Tujuan pelatihan 4: Setelah membaca dan mengikuti penjelasan serta diskusi tentang  penggunaan TIK  dengan peralatan utama komputer peserta pelatihan diharapkan dapat menjelasakan secara verbal dan tulisan singkat tentang tingkatan kompetensi TIK SDM pengguna laboratorium komputer di sekolah.
Jika kedua kendala tersebut di atas dapat di atasi dengan baik, selanjutnya apa yang harus dilakukan di dalam laboratorium komputer sekolah agar TIK dan pemanfaatan model e-learning berjalan dengan efektif? Kunci jawabaannya adalah terletak pada layanan SDM pengguna laboratorium sekolah, khususnya guru, siswa dan pihak pengelola sekolah (manajeman sekolah).

Khusus untuk SDM guru dan SDM pengelola sekolah, agar tidak menjadi kendala dalam pegelolaan laboratorium sekolah hendaklah dapat dipetakan kompetensinya, sehingga mereka dapat terlayani dengan baik. Contoh untuk SDM guru seperti Gambar 2.
Gambar 2. Ilustrasi jenjang kompetensi TIK guru terkait e-learning
(Gambar Milik Prawiradilaga, D.S.)

Ketika SDM Guru menggunakan laboratorium komputer dalam tugas pokoknya menyelenggarakan pembelajaran, klimaknya adalah menerapkan model e-Iearning pada peran puncak yaitu desainer pembelajaran.  Tentunya tidak serta merta SDM guru dapat mencapai puncak tersebut (cermati Gambar 2).

Upaya yang harus dilakukan oleh pengelola laboratorium sekolah adalah mulai dari tahap yang paling dasar, yaitu menyiapkan SDM guru yang melek TIK (ICT literate), misal dengan menyediakan bahan belajar dan pelatihan. Ciri-ciri utama seorang guru yang melek TIK ialah guru yang menggunakan TIK secara tepat, berdasarkan kebutuhan belajar, kompetensi, karakteristik isi atau mata ajar, serta ketersediaan sarana. Selaniutnya guru ini mampu mensinergikan kompetensinya dalam penyajian di kelas konvensional, yaitu bersama dengan peserta didik menggunakan TIK untuk proses pembelajaran.
Adapun guru yang mahir menggunakan TIK dapat menjadi guru TIK, yaitu menularkan perilaku positif dan mengintegrasikannya dalam materi ajar TIK serta menumbuhkan kesadaran dalam berinternet sehat, misalnya ia dapat menjelaskan bagaimana mengakses jejaring sosial sekaligus memanfaatkannya untuk diskusi suatu mata ajar tertentu.
Jenjang SDM selanjutnya adalah pengelola web pembelaiaran, guru yang tertarik untuk 'mengubah' jati dirinya sebagai sosok pengaiar menjadi seseorang yang mampu mengelola TIK agar dapat membantu sekolah atau organisasi belajar dalam menerapkan e-Iearning dengan benar. Salah satu contoh kompetensi ini, yaitu memasang (install) application softwares (misalnya: Admodo, LearnBost, Schoology, LCDS dari Microsoft; yang semuanya sebagai LMS/Learning management system atau LCMS/Learning contrnt management system) untuk pembelaiaran tertentu serta mengelola pemakaian web pembelajaran. Ketertarikan seorang guru untuk mengelola web memang masih langka, namun sekolah/organisasi dapat membina individu guru tersebut dalam pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh laboratorium sekolah. Tetapi dalam hal ini tidak harus guru misalnya tenaga administrsi sekolah yang berlatar belakang teknologi informatika dapat pula dibina meniadi pengelola web pembelajaran. Sebaiknya ia disiapkan dengan pengetahuan tingkat pemula tentang proses belajar, pembelajaran dan disain pembelaiaran. Pengetahuan ini menjadi landasan pemikirannya dalam mengelola web pembelajaran.

Disainer pembelajaran meniadi sosok yang harus lebih banyak berperan dalam menyelenggarakan e-learning sebagai bentuk kegiatan pokok laboratorium komputer sekolah.  Disainer pembelaiaran adalah ahli yang terbuka dan dinamis, mampu memecahkan masalah di tingkat trouble shooting, di depan monitor, atau hingga menjadi problem solver dalam tatanan menciptakan proses belajar maya yang hidup, interaktif, serta manusiawi.
Disainer pembelajaran bukan hanya seseorang dengan latar belakang teknologi pendidikan saja, melainkan ia mampu menunjukkan potensi berpikir semantik, ia mampu menemukan makna yang tersirat dalam suatu softwares pembelaiaran. Kemudian ia juga mampu mengubah fungsi asal sofwares tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat, setara dengan konteks kelas konvensional. Contohnya, ia dapat menuniukkan apa yang disebut 'papan tulis’  berdasarkan potensi suatu LMS/LCMS. Tentu saia kemampuan ini bukanlah hal yang mudah. Jika dirangkum, kompetensi seorang disainer pembelajaran bukan sebatas mengerti model, namun ia harus 'menciptakan' sendiri model dan sistem pembelaiaran dari fungsi LMS/LCMS yang ada.
Guru, sebagai ahli materi, dapat dibina untuk meniadi disainer pembelajaran bagi mata ajar yang diampunya. Ia dibina dalam tatanan trouble shooting yaitu bagaimana menghidupkan penyajian materi online, yang manusiawi namun tetap menarik bagi peserta didik. Dengan demikian, mereka mampu berlama-lama menatap materi online dari monitor.

E.        Program layanan penerapan TIK dalam laboratorium komputer sekolah
Tujuan pelatihan 5: Setelah membaca dan mengikuti penjelasan serta diskusi tentang program layanan penerapan TIK dalam laboratorium komputer sekolah, peserta pelatihan diharapkan dapat menuliskan kegiatan-kegiatan layanan penerapan TIK dalam laboratorium komputer dalam bentuk matrik program layanan.
Berdasarkan sajian tertulis materi pelatihan di atas, dapat diidentifikasi penerapan TIK dalam pengelolaan laboratorium komputer sekolah, dapat melalui:
1.      Layanan Peningkatan Kompetensi TIK SDM Guru
2.      Layanan Peningkatan Kompetensi TIK SDM Tenaga Kependidikan
3.      Layanan Peningkatan Kompetensi TIK SDM Siswa
4.      Pengadaan komputer (peningkatan jumlah)
5.      Perawatan dan up-grade komputer laboratorium komputer
6.      Produksi (buat) dan pengadaan (beli) serta perbanyakan multi media interaktif berbantuan komputer
7.      pengelolaan pemakaian/peminjaman multimedia interaktif berbantuan komputer
8.      Perawatan dan up-grade multimedia Interaktif berbantuan komputer
9.      Produksi (buat) , pemanfaatan, dan pengadaan Sistem Informasi Akademik Sekolah (SIAS) berbasis Jaringan.
10.  Produksi (buat) , pemanfaatan, dan pengadaan (beli) LMS/LCMS untuk terapan e-learning  berbasis Jaringan.
11.  Layanan e-learning berbasis jaringan intranet
12.  Layanan e-learning berbasis jaringan internet
Keduabelas layanan di atas adalah jenis layanan penerapan TIK di laboratorium sekolah, berdasarkan jenis layanan tersebut dapat dibuat program-program kegiatan laboratorim sekolah untuk menerapkan TIK. Program-program kegiatan tersebut tentulah diputuskan dengan memperhatikan keberdayaan sekolah dan laboratorium sekolah itu sendiri.

TUGAS AKHIR
Tugas Mandiri:
Tuliskan dengan penjelasan singkat tentang:
1.       Laboratorium komputer di sekolah adalah salah satu sarana untuk menggunakan TIK sehingga memudahkan pelaksanaan pembelajaran.
2.       Perluasan terapan TIK untuk pembelajaran membutuhkan laboratorium komputer di sekolah.
3.       Kendala SDM pengguna laboratorium komputer di sekolah
4.       Tingkatan kompetensi TIK SDM pengguna laboratorium komputer di sekolah
5.       Layanan penerapan TIK dalam laboratorium komputer
Tugas Kelompok (anggota maksimal 5 orang)
Laporkan secara tertulis hasil diskusi kelompok tentang program layanan TIK dalam pengelolaan laboratorium komputer sekolah yang nantinya akan diterapkan di sekolah masing-masing. Lapoaran menggunakan matrik pada halaman berikut.



Program kegiatan penerapan TIK laboratorium komputer Sekolah
Nama Sekolah :
Alamat Sekolah           :
Tahun Pelajaran          :
Semester                                 :
Nama Ka. Lab. :
NUPTK Ka.Lab             :

No
Jenis layanan
Kegiatan
Sifat (reguler/nonreguler)
Penanggung Jawab

Waktu Pelaksanaan
1






....













12







                                                                                                                                                                                                                                                                                    .........................., ................. 2016
Mengetahui dan menyetujui                                                       Ka.Lab. Komputer
Kepala Sekolah,


 _____________________________                                        ____________________________