PEMANFAATAN
TEKNOLOGI INFORMASI dan KOMUNIKASI (TIK)
DALAM
PENGELOLAAN LABORATORIUM KOMPUTER SEKOLAH
(Materi Pelatihan disajikan oleh: Eko Suyanto)
Tersedia di https://drive.google.com/file/d/0B3ZA2RDWPgg6Y3NaRG8tSkdtTWM/view?usp=sharing
A.
Laboratorium Komputer di Sekolah sebagai tempat
menerapkan TIK
Tujuan pelatihan 1: Setelah membaca dan mengikuti
penjelasan serta diskusi tentang TIK dan laboratorium sekolah peserta pelatihan
dapat menjelasakan secara verbal atau tulisan singkat bahwa laboratorium komputer
di sekolah adalah salah satu sarana untuk menggunakan TIK sehingga memudahkan pelaksanaan
pembelajaran.
Teknologi Informasi Komunikasi atau yang lebih dikenal dengan istilah asingnya sebagai information, communication, and technology (ICT), pada akhir-akhir ini di
rasa penting hingga mendorong para pembuat keputusan untuk mencantumkan muatan TIK ke dalam kurikulum KTSP (SMP & SMA),
hingga memunculkan mata pelajaran TIK, sekaligus memunculkan kebijakan terhadap satu profesi, yaitu guru TIK, serta penyediaan infra- struktur berupa laboratorium
komputer. Seiring dengan perubahan
Kepemerintahan RI, yang juga mempengaruhi kebijakan di bidang pendidikan dengan
penerapan Kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak lagi berdiri sendiri, tetapi
dilebur pada semua mata pelajaran. Bebarapa sekolah masih ada yang
mempertahankan (SMK) pada sekolah umum dengan status “mulok”- mata pelajaran
muatan lokal. Meskipun demikian profesi guru TIK dan Laboratorium komputer
sekolah tidak serta merta dapat dihapus. Khususnya terkait dengan guru TIK yang
telah berstatus guru profesional (baca: guru TIK bersertifikat profesional).
Dampak
yang lebih besar di sekolah dengan adanya TIK adalah kemunculan pembelajaran
model e-learning. Model belajar ini menjadi sebagian dari dampak
industrialisasi pendidikan. Hal ini disebabkan adanya produk teknologi, yaitu
komputer dalam berbagai genre yang dimanfaat kan sehubungan dengan model e-learning. Gambaran ini menunjukkan
peran fungsional laboratorium komputer di sekolah adalah suatu tempat yang
memfasilitasi penerapan TIK. Puncak penerapat TIK di laboratorium komputer di
sekolah adalah pada kegiatan pembelajaran adalah penerapan e-learning.
B.
Perluasan
TIK dalam pembelajaran
Tujuan pelatihan 2: Setelah membaca dan mengikuti
penjelasan serta diskusi tentang perluasan TIK dalam pembelajaran peserta pelatihan
diharapkan dapat menjelasakan secara verbal dan tulisan singkat bahwa perluasan
terapan TIK untuk pembelajaran membutuhkan laboratorium komputer di sekolah.
Istilah
e-learning berdampingan dengan
istilah lain seperti m-Iearning, web-based learning, hybrid/blended learning. Semuanya bermunculan begitu saja,
seolah-olah memang semua mengacu pada barang yang sama (komputer) yang muara
penerapannya di sekolah diasumsikan adalah laboratorium komputer. Padahal semua
istilah tersebut dalam kerangka teknologi pendidikan bermakna tidak sama.
e-learning
menjadi rujukan umum bagi proses belajar yang mengharuskan peserta didik duduk,
belajar di depan komputer dan tersambung dengan internet, di sekolah tentunya
dilakukan di dalam laboratorium komputer. Tetapi dapat saja dilakukan di kelas
asal tersedia akses ponit untuk jaringan nirkabel dan masing-masing siswa
menggunakan laptop. Rumusan ini, terlalu lugu dan sempit (naif). e-learning sebagaimana yang dikemukakan
oleh Smaldino, dkk. adalah proses belajar yang memanfaatkan sumber belajar
bersifat elektronik, dan berbantuan komputer, namun tidak selalu harus
terhubung dengan internet. Laboratorium komputer mejadi tempat menyediakan dan
mengelola matrial pembelajaran. e-learning
ini (berbasis non jaringan), biasanya berupa multimedia berbantuan komputer.
Contoh: Program tutorial (misal dibuat dengan aplikasi Snagit, Camtasia, Adobe
Captivate, dan yang sejenis lainnya), e-book berupa file dengan beragam
ekstensi, video pembelajaran, Audio/MP3/CDA pembelajaran, program-program
simulasi offline, dan lainnya.
Web-based learning
atau belajar berbasis jaringan (BBJ), merupakan proses belajar yang menggunakan
potensi jaringan global atau internet untuk kemudahan akses belajar, biasanya
berupa LMS/LCMS. Adapun m-learning
atau mobile Iearning adalah pola web-based learning yang dapat diakes
melalui produk komputer untuk genre yang lebih kecil, ringan, dan mudah dibawa
seperti melalui telepon seluler, atau tablet. Istilah m-Iearning ini mengacu kepada kemudahan peserta didik untuk
mengakses dan mengikuti proses belajar tanpa harus 'membawa' perangkat komputer
yang lebih besar, cukup dengan membuka ponsel atau tablet yang jauh lebih
ringan, namun sama canggihnya. Contoh m-learning
yang digunakan penulis adalah Schoologi. Hal Ini yang memungkinkan siswa tidak
lagi harus duduk bersama di dalam laboratorium komputer sekolah, tapi dapat di
mana saja. Meskipun demikian laboratorium komputer sekolah tetap saja
diperlukan untuk menyiapkan kesemuanya itu, guru sebagai administrator dan boleh saja
pengelola laboratorium komputer sebagai administratornya. Contoh BBJ lainnya:
BlackBoard, A-Tutor, A-Note, Admodo, LearnBost (LB), Schoologi dan lainnya yang
semisal.
C.
Pengguna
TIK terkait komputer dan Laboratorium Komputer di sekolah.
Tujuan pelatihan 3: Setelah membaca dan mengikuti
penjelasan serta diskusi tentang penggunaan TIK dengan peralatan utama komputer peserta
pelatihan diharapkan dapat menjelasakan secara verbal dan tulisan singkat
tentang kendala SDM pengguna laboratorium komputer di sekolah.
Sebagaimana
yang di tulis Prawiradilaga (2013: 2) bahwa orang-orang yang terkait dengan TIK
dan Komputer mereka adalah: penemu, produsen, pengembang, dan pengguna. Penemu
adalah pihak pertama yang berpikir bagaimana komputer bekerja, membantu orang
lain untuk mempermudah segala sesuatu di berbagai bidang. Produsen adalah orang
yang berpikir tentang bisnis komputer menjadi lebih menarik, best seller, pembiayaan untuk produk selanjutnya,
pemasaran, dan sebagainya. Pengembang adalah orang-orang yang berpikir untuk
mengoptimalkan fungsi perangkat komputer menjadi semakin canggih melalui
penyediaan teknologi internet, operating
systems, application softwares,
dan sebagainya. Adapun pengguna adalah pasar atau pembeli yang tertarik, mampu
dan mau membeli dan menggunakan perangkat teknologi digital ini. Pihak pengguna
ini sering kali terisolasi, diabaikan, atau hanya diingat sebatas pembeli saja.
Pengguna sebenarnya dapat dianalisis menjadi beberapa kelompok. Pebisnis untuk kepentingan
bisnis dan industri, pribadi, organisasi, pengajar atau guru, dan peserta didik.
Kelompok pengguna selanjutnya dapat berkembang secara khusus menurut kebiasaan atau
karakteristik masing-masing.
Gambar 1. Ilustrasi kelompok
pengguna TIK
(Gambar Milik
Prawiradilaga, D.S.)
Pengelolaan
laboratorium komputer disekolah diantaranya adalah layanan kepada pengguna
(SDM) yang memanfaatkan TIK. Berdasarkan pengamatan, pengguna sebagai SDM
sering kali menjadi kendala/hambatan bagi efektivitas pemanfaatan teknologi
digital ini. Kelompok peserta didik dan pengajar sebagai sasaran terhambat paling
tidak karena dua hal. Hambatan pertama dalah daya beli. Produk komputer dalam
negeri yang tersedia di pasaran cenderung lebih murah dibandingkan dengan harga
komputer merek terkenal, tetapi inipun cenderung bukan menjadi kebutuhan untuk
memiliki komputer. Kendala yang kedua adalah melek komputer sekaligus melek
internet. Persepsi bahwa menggunakan komputer itu sulit, sama sulitnya dengan
menimbulkan minat untuk mencoba menggunakan komputer. Kelompok guru, dengan
usia sekitar di atas 40 tahun ke atas, motivasinya untuk menggunakan komputer masih
perlu dikondisikan dengan baik, meskipun sekolah telah memiliki laboratorium
komputer.
D. Jenjang kompetensi TIK guru terkait penggunaan
komputer dan laboratorium komputer
Tujuan pelatihan 4: Setelah membaca dan mengikuti
penjelasan serta diskusi tentang penggunaan
TIK dengan peralatan utama komputer peserta
pelatihan diharapkan dapat menjelasakan secara verbal dan tulisan singkat
tentang tingkatan kompetensi TIK SDM pengguna laboratorium komputer di sekolah.
Jika
kedua kendala tersebut di atas dapat di atasi dengan baik, selanjutnya apa yang
harus dilakukan di dalam laboratorium komputer sekolah agar TIK dan pemanfaatan
model e-learning berjalan dengan
efektif? Kunci jawabaannya adalah terletak pada layanan SDM pengguna
laboratorium sekolah, khususnya guru, siswa dan pihak pengelola sekolah (manajeman
sekolah).
Khusus
untuk SDM guru dan SDM pengelola sekolah, agar tidak menjadi kendala dalam
pegelolaan laboratorium sekolah hendaklah dapat dipetakan kompetensinya,
sehingga mereka dapat terlayani dengan baik. Contoh untuk SDM guru seperti Gambar
2.
Gambar 2. Ilustrasi jenjang
kompetensi TIK guru terkait e-learning
(Gambar Milik
Prawiradilaga, D.S.)
Ketika
SDM Guru menggunakan laboratorium komputer dalam tugas pokoknya
menyelenggarakan pembelajaran, klimaknya adalah menerapkan model e-Iearning pada peran puncak yaitu
desainer pembelajaran. Tentunya tidak
serta merta SDM guru dapat mencapai puncak tersebut (cermati Gambar 2).
Upaya
yang harus dilakukan oleh pengelola laboratorium sekolah adalah mulai dari
tahap yang paling dasar, yaitu menyiapkan SDM guru yang melek TIK (ICT literate), misal dengan menyediakan
bahan belajar dan pelatihan. Ciri-ciri utama seorang guru yang melek TIK ialah
guru yang menggunakan TIK secara tepat, berdasarkan kebutuhan belajar, kompetensi,
karakteristik isi atau mata ajar, serta ketersediaan sarana. Selaniutnya guru
ini mampu mensinergikan kompetensinya dalam penyajian di kelas konvensional,
yaitu bersama dengan peserta didik menggunakan TIK untuk proses pembelajaran.
Adapun
guru yang mahir menggunakan TIK dapat menjadi guru TIK, yaitu menularkan
perilaku positif dan mengintegrasikannya dalam materi ajar TIK serta menumbuhkan
kesadaran dalam berinternet sehat, misalnya ia dapat menjelaskan bagaimana
mengakses jejaring sosial sekaligus memanfaatkannya untuk diskusi suatu mata ajar
tertentu.
Jenjang
SDM selanjutnya adalah pengelola web pembelaiaran, guru yang tertarik untuk 'mengubah'
jati dirinya sebagai sosok pengaiar menjadi seseorang yang mampu mengelola TIK
agar dapat membantu sekolah atau organisasi belajar dalam menerapkan e-Iearning dengan benar. Salah satu
contoh kompetensi ini, yaitu memasang (install)
application softwares (misalnya: Admodo,
LearnBost, Schoology, LCDS dari Microsoft; yang semuanya sebagai LMS/Learning management system atau LCMS/Learning contrnt management system)
untuk pembelaiaran tertentu serta mengelola pemakaian web pembelajaran.
Ketertarikan seorang guru untuk mengelola web memang masih langka, namun sekolah/organisasi
dapat membina individu guru tersebut dalam pelatihan-pelatihan yang
diselenggarakan oleh laboratorium sekolah. Tetapi dalam hal ini tidak harus
guru misalnya tenaga administrsi sekolah yang berlatar belakang teknologi
informatika dapat pula dibina meniadi pengelola web pembelajaran. Sebaiknya ia
disiapkan dengan pengetahuan tingkat pemula tentang proses belajar,
pembelajaran dan disain pembelaiaran. Pengetahuan ini menjadi landasan
pemikirannya dalam mengelola web pembelajaran.
Disainer
pembelajaran meniadi sosok yang harus lebih banyak berperan dalam menyelenggarakan
e-learning sebagai bentuk kegiatan
pokok laboratorium komputer sekolah. Disainer
pembelaiaran adalah ahli yang terbuka dan dinamis, mampu memecahkan masalah di
tingkat trouble shooting, di depan
monitor, atau hingga menjadi problem solver dalam tatanan menciptakan proses
belajar maya yang hidup, interaktif, serta manusiawi.
Disainer
pembelajaran bukan hanya seseorang dengan latar belakang teknologi pendidikan saja,
melainkan ia mampu menunjukkan potensi berpikir semantik, ia mampu menemukan
makna yang tersirat dalam suatu softwares
pembelaiaran. Kemudian ia juga mampu mengubah fungsi asal sofwares tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat,
setara dengan konteks kelas konvensional. Contohnya, ia dapat menuniukkan apa
yang disebut 'papan tulis’ berdasarkan
potensi suatu LMS/LCMS. Tentu saia kemampuan ini bukanlah hal yang mudah. Jika
dirangkum, kompetensi seorang disainer pembelajaran bukan sebatas mengerti
model, namun ia harus 'menciptakan' sendiri model dan sistem pembelaiaran dari
fungsi LMS/LCMS yang ada.
Guru,
sebagai ahli materi, dapat dibina untuk meniadi disainer pembelajaran bagi mata
ajar yang diampunya. Ia dibina dalam tatanan trouble shooting yaitu bagaimana menghidupkan penyajian materi
online, yang manusiawi namun tetap menarik bagi peserta didik. Dengan demikian,
mereka mampu berlama-lama menatap materi online dari monitor.
E.
Program
layanan penerapan TIK dalam laboratorium komputer sekolah
Tujuan pelatihan 5: Setelah membaca dan mengikuti
penjelasan serta diskusi tentang program layanan penerapan TIK dalam laboratorium
komputer sekolah, peserta pelatihan diharapkan dapat menuliskan
kegiatan-kegiatan layanan penerapan TIK dalam laboratorium komputer dalam
bentuk matrik program layanan.
Berdasarkan
sajian tertulis materi pelatihan di atas, dapat diidentifikasi penerapan TIK dalam
pengelolaan laboratorium komputer sekolah, dapat melalui:
1.
Layanan Peningkatan Kompetensi TIK SDM Guru
2.
Layanan Peningkatan Kompetensi TIK SDM Tenaga
Kependidikan
3.
Layanan Peningkatan Kompetensi TIK SDM Siswa
4.
Pengadaan komputer (peningkatan jumlah)
5.
Perawatan dan up-grade
komputer laboratorium komputer
6.
Produksi (buat) dan pengadaan (beli) serta
perbanyakan multi media interaktif berbantuan komputer
7.
pengelolaan pemakaian/peminjaman multimedia
interaktif berbantuan komputer
8.
Perawatan dan up-grade
multimedia Interaktif berbantuan komputer
9.
Produksi (buat) , pemanfaatan, dan pengadaan Sistem
Informasi Akademik Sekolah (SIAS) berbasis Jaringan.
10.
Produksi (buat) , pemanfaatan, dan pengadaan (beli)
LMS/LCMS untuk terapan e-learning
berbasis Jaringan.
11.
Layanan e-learning berbasis jaringan intranet
12. Layanan
e-learning berbasis jaringan internet
Keduabelas
layanan di atas adalah jenis layanan penerapan TIK di laboratorium sekolah,
berdasarkan jenis layanan tersebut dapat dibuat program-program kegiatan
laboratorim sekolah untuk menerapkan TIK. Program-program kegiatan tersebut
tentulah diputuskan dengan memperhatikan keberdayaan sekolah dan laboratorium
sekolah itu sendiri.
TUGAS AKHIR
Tugas Mandiri:
Tuliskan dengan penjelasan singkat
tentang:
1. Laboratorium komputer di sekolah adalah salah satu sarana untuk menggunakan
TIK sehingga memudahkan pelaksanaan pembelajaran.
2. Perluasan terapan TIK untuk pembelajaran membutuhkan laboratorium komputer
di sekolah.
3. Kendala SDM pengguna laboratorium komputer di sekolah
4. Tingkatan kompetensi TIK SDM pengguna laboratorium komputer di sekolah
5. Layanan penerapan TIK dalam laboratorium komputer
Tugas Kelompok (anggota maksimal
5 orang)
Laporkan secara tertulis hasil diskusi kelompok tentang program layanan TIK
dalam pengelolaan laboratorium komputer sekolah yang nantinya akan diterapkan
di sekolah masing-masing. Lapoaran menggunakan matrik pada halaman
berikut.
Program kegiatan penerapan
TIK laboratorium komputer Sekolah
Nama Sekolah :
Alamat Sekolah :
Tahun Pelajaran :
Semester :
Nama Ka. Lab. :
NUPTK Ka.Lab :
No
|
Jenis
layanan
|
Kegiatan
|
Sifat
(reguler/nonreguler)
|
Penanggung
Jawab
|
Waktu
Pelaksanaan
|
|
1
|
||||||
....
|
||||||
12
|
..........................,
................. 2016
Mengetahui
dan menyetujui Ka.Lab.
Komputer
Kepala
Sekolah,
_____________________________ ____________________________